Senin, 20 Mei 2013

Three arjuna Part II

three arjuna part 2
Mystery is revealed, arjuna 3've ignored it again. because he already knew who the players heart behind all of this. he wanted to live a life with a beautiful color and a strong heart. indeed unusually strong heart that God Almighty created this. Arjuna 2 was now getting her idol, to Arjuna 1 apparently still in limbo. God willing, this evening to 3 Arjuna will meet at a place to separate up to do together after a long time, because the course never be active again.
one word that probably came out this afternoon is "Everything happens for a reason. Though sometimes you do not know why, but he always gave you a lesson"

continued ..........!!!!!!!!!!
 — with Dzokim Aziz and Maksum Asoleh at Tangerang Selatan.

Rabu, 03 April 2013

Tugas Psikologi Pendidikan Semester 2


Setelah melihat tentang Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli dan Pentingnya Psikologi bagi Pendidikan, kali ini kita akan lebih jauh melihat tentang apa sebenarnya manfaat psikologi pendidikan bagi guru dalam proses belajar mengajar.
Sebelum sampai pada pembahasan mengenai “buah” yang dapat dipetik dari psikologi pendidikan, terlebih dahulu perlu penyusun utarakan manfaat psikologi ini bagi guru dan calon guru. Menurut Lindgren sebagaimana yang dikutip Surya (1982), manfaat psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan para calon guru dalam mengem­bangkan pemaham yang lebih baik mengenai kependidikan dan prosesnya.
Sementara itu, Chaplin (1972) menitikberatkan manfaat psikologi pendi­dikan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pen­ didikan dengan cara menggunakan metode-metode yang telah disusun secara rapi dan sistematis. Hal ini tercermin dalam ungkapannya :… the application of formalized methods for solving these problems. Tak perlu dibedakan apakah masalah-masalah psikologis yang timbul itu dari pihak guru, siswa, atau situasi belajar-mengajar yang dihadapi guru dan siswa yang bersangkutan.
Dari dua macam pendapat di atas dapat kita simpulan bahwa, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Mengapa demikian? Karena prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelola proses belajar-mengajar. Sedang proses tersebut, sebagai­mana yang telah penyusun singgung sebelumnya, adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap sistem pendidikan.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak me­merlukan prinsip-prinsip psikologis, yakni: 1) seleksi penerimaan siswa baru; 2) perencanaan pendidikan; 3) penyusunan kurikulum; 4) penelitian kependidikan; 5) administrasi kependidikan; 6) pemilihan materi pelajaran; 7) interaksi belajar-mengajar; 8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan; 9) metodologi mengajar; 10) pengukuran dan evaluasi. Dalam menerapkan prinsip-prinsip sikologis tersebut, diperlukan adanya figur­figur guru yang kompeten.
Selanjutnya guru yang kompeten dalam perspektif psikologi pendidikan adalah guru yang mampu melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Adapun guru yang bertanggung jawab adalah guru yang mampu mengelola proses belajar-mengajar sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip­-prinsip psikologis. Dalam buku ini, penyusun sajikan pelbagai informasi teoretis dan praktis yang dapat dipandang sebagai buah-buah yangbisa dipilih dan dipetik sesuai dengan pertimbangan kebutuhan sebagaimana terungkap di muka.
Manfaat Psikologi Pendidikan Bagi Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Adapun mengenai buah yang perlu anda petik dari psikologi pen­didikan itu, akan penyusun paparkan lebih lanjut. Namun, tentu anda dapat memperbanyak buah-buah yang perlu anda petik dari psikologi pendidikan sepanjang anda membutuhkannya. Adapun mengenai buah yang perlu anda petik dari psikologi pen­didikan itu, akan penyusun paparkan lebih lanjut. Namun, tentu anda dapat memperbanyak buah-buah yang perlu anda petik dari psikologi pendidikan sepanjang anda membutuhkannya.
Pertama, Proses Perkembangan Siswa
Di kalangan para guru dan orang tua siswa terkadang timbul pertanyaan apakah perbedaan usia antara seorang siswa dengan siswa lainnya membuat perbedaan substansial (bersifat inti) dalam hal merespons pengajaran. Pertanyaan ini perlu dicari jawabannya melalui pemahaman tahapan-tahapan perkembangan siswa dan ciri-ciri khas yang mengiringi tahapan perkembangan tersebut.
Tahapan-tahapan perkembangan yang lebih perlu dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar­ mengajar adalah tahapan-tahapan yang berhubungan dengan perkemba­ngan ranah cipta para siswa. Ranah cipta (akal) dengan segala variasi dan keunikannya merupakan modal dasar para siswa dalam menjalani proses belajar-mengajar dan pembelajaran materi tertentu, serta dalam mengikuti proses belajar-mengajar yang dikelola guru kelas.
Kedua, Cara Belajar Siswa
Di mana pun proses pendidikan berlangsung, alasan utama kehadiran guru adalah untuk membantu siswa agar belajar sebaik-baiknya. Oleh karena itu, adalah hal esensial (pokok, dasar) bagi guru untuk memahami sepenuhnya cara dan tahapan belajar yang terjadi pada diri para siswanya.
Pengetahuan anda yang pokok mengenai proses belajar tersebut meliputi:
1.      signifikansi (arti penting) belajar;
2.      teori-teori belajar;
3.      hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan; dan
4.      fase-fase yang dilalui dalam peristiwa belajar.
Di samping ini semua, yang penting pula anda pahami ialah pendekatan belajar, kesulitan belajar, dan alternatif-alternatif (pilihan­-pilihan) yang dapat diambil untuk menolong siswa anda dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajarnya.
Ketiga, Cara menghubungkan Mengajar dengan Belajar
Tugas utama guru sebagai pendidik sebagaimana ditetapkan oleh Unda Undang Sistem Pendidikan Nasional kita adalah mengajar. Secara singkat , mengajar adalah kegiatan menyampaikan materi pelajaran, melatih keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut kepada siswa. Agar kegiatan mengajar diterima oleh para siswa, guru perlu berusaha membangkitkan gairah dan minat belajar mereka. Kebangkitan gairah dan minat belajar para siswa akan mempermudah guru dalam menghubungkan kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar.
Oleh karena itu, sebagai calon guru atau guru yang sedang bertugas anda sangat diharapkan mengerti benar seluk-beluk mengajar baik dalam arti individual (sepertiremedial teaching/mengajar perbaikan bagi siswa bermasalah) maupun dalam arti klasikal. Dalam hal ini, anda tentu dituntut pula untuk memahami model-model mengajar, metode-metode mengajar dan strategi-strategi mengajar. Kemudian, metode-metode dan strategi yang anda terapkan secara cermat dalam proses belajar-mengajar yang and kelola. Untuk memenuhi kebutuhan anda akan hal-hal tersebut, sengaja penyusun sajikan pembahasan-pembahasan essencial mengenai mengajar guru, dan hubungan guru dengan proses mengajar seperti dapat anda lihat pada Bab 7 dan Bab 8 yang merupakan bab-bab terakhir dalam buku ini.
Keempat, Pengambilan Keputusan untuk Pengelolaan PBM
Dalam mengelola sebuah proses belajar-mengajar (PBM), seorang guru dituntut untuk menjadi figur sentral (tokoh inti) yang kuat dan berwibawa namun tetap bersahabat. Sebelum mengelola sebuah proses belajar mengajar, anda perlu merencanakan terlebih dahulu satuan bahan atau materi dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai (lihat halaman 243). Sesuai perencanaan materi dan tujuan penyajiannya, anda perlu menetapkan kiat yang tepat untuk menyampaikan materi tersebut kepada para siswa dalam situasi belajar-mengajar yang efisien.
Untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan di atas anda dituntut untuk menempatkan diri sebagai pengambil atau pembuat keputusan (decision maker) yang penuh perhitungan untung-rugi ditinjau dari sudut kajian psikologis. Jika tidak, pengelolaan tahap-tahap interaksi belajar-mengajar akan tersendat-sendat dan boleh jadi akan gagal mencapai tujuannya.
Agar sebuah pengelolaan proses belajar-mengajar mencapai sukses, seorang guru hendaknya memandang dirinya sendiri sebagai seorang profesional yang efektif. Lalu, pandangan positif ini diejawantahkan dalam vang sesuai dengan kebutuhan para siswa dan penegasan tujuan-tujuan penyajian materi tersebut secara eksplisit, yakni tersurat dan gamblang. Keputusan lain yang harus diambil selanjutnya adalah penetapan model, metode, dan strategi mengajar yang menurut tinjauan psikologis sesuai dengan jenis dan sifat materi, tugas yang akan diberikan kepada para siswa dan situasi belajar-mengajar yang diharapkan.
Namun dalam hal pengambilan keputusan-keputusan di atas perlu penyusun utarakan hambatan-hambatan yang umum dialami para guru. Faktor-faktor penghambat-atau paling tidak pembatas gerak-pembuatan keputusan-keputusan instruksional yang sering merintangi para guru pada umumnya meliputi:
1.      kurangnya kesadaran guru terhadap masalah-masalah belajar yang mungkin sedang dihadapi para siswa;
2.      kesetiaan terhadap gagasan lama yang sebenarnya sudah tak dapat diberlakukan lagi;
3.      kurangnya sumber-sumber informasi yang diperlukan; dan
4.      ketidakcermatan observasi terhadap situasi belajar-mengajar.
Selain hal-hal di atas, hambatan mungkin pula muncul dari perbedaan harapan guru dan siswa. Beberapa orang siswa dalam sebuah kelas misal­nya, mungkin memiliki cita-cita memenuhi kebutuhan masa depannya yang sama sekali berbeda dengan rekan-rekannya atau bahkan menyimpang dari karakteristik sekolah yang mereka ikuti. Perbedaan seperti ini akan mengakibatkan munculnya perbedaan gaya belajar, sikap, dan perilaku mereka selama membaur dalam proses belajar-mengajar. Selanjutnya, tekanan dari luar dapat pula mempengaruhi kemulusan pengambilan keputusan oleh guru. Tekanan luar ini bisa datang dari orangtua siswa, aturan administratif sekolah, fasilitas yang tersedia, dan sebagainya.
Sumber :
Psikologi pendidikan merupakan salah satu cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi. Hal senada juga diungkapkan oleh Muhibbin Syah (2002) bahwa psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin ilmu psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Dari beberapa definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah salah satu ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Prilaku yang dimaksud di sini bisa terkait dengan prilaku pendidik ataupun prilaku peserta didiknya.
Dari definisi di atas kita bisa mengetahui bahwa dalam dunia pendidikan untuk mencapai pendidikan yang maksimal dan efektif bukan hanya terkait pembahasan kurikulum belaka, namun juga permasalahan psikologis peserta didik dan model pengajaran pendidiknya juga harus tetap diperhatikan. Oleh karena itu, psikologi pendidikan menjadi penting untuk dipelajari oleh setiap pendidik ataupun calon pendidik. Berikut terdapat beberapa manfaat  dalam mempelajari psikologi pendidikan:
1. Memahami Perbedaan Siswa (Diversity of Student)
Setiap individu dilahirkan dengan membawa potensi yang berbeda-beda, tidak ada yang sama antara siwa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami keberagaman antara siswa satu dengan siswa yang lainnya, mulai dari perbedaan tingkat pertumbuhannya, tugas perkembangannya sampai pada masing-masing potensi yang dimiliki oleh anak. Dengan pemahaman guru yang baik terhadap siswanya, maka bisa menciptakan hasil pembelajaran yang efektif dan efisien serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
2. Untuk Memilih Strategi dan Metode Pembelajaran
Sebagai sorang pendidik dalam memilih strategi dan metode pembelajaran harus menyesuaikan dengan tugas perkembangan dan karakteristik masing-masing peserta didiknya. Hal ini bisa didapatkan oleh seorang guru melalui mempelajari psikologi terutama tugas-tugas perkembangan manusia. Jika metode dan model pendidikan sudah bisa menyesuaiakan dengan kondisi peserta didik, maka proses pembelajaran bisa berjalan dengan maksimal.
3. Untuk menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif di dalam Kelas
Kemampuan guru dalam menciptakan iklim dan kondisi pembelajaran yang kondusif mampu membantu proses pembelajaran berjalan secara efektif. Seorang pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda menyesuaikan karakteristik siswa dalam mengajar untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang lebih baik. Disinilah peran psikologi pendidikan yang mampu mengajarkan bagaimana seorang pendidik mampu memahami kondisi psikologis dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif,  sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan secara efektif.
4. Memberikan Bimbingan dan Pengarahan kepada Siswa
Selain berperan sebagai pengajar di dalam kelas, seorang guru juga diharapkan bisa menjadi seorang pembimbing yang mempu memberikan bimbingan kepada peserta didiknya, terutama ketika peserta didik mendapatkan permasalahan akademik. Dengan berperan sebagai seorang pembimbing seorang pendidik juga lebih bisa melakukan pendekatan secara emosional terhadap peserta didiknya. Jika sudah tercipta hubungan emosional yang positif antara pendidik dan peserta didiknya, maka proses pembelajaran juga akan tercipta secara menyenangkan.[1]


5. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Tugas utama guru/pendidik adalah mengajar di dalam kelas dan melakukan evaluasi dari hasil pengajaran yang sudah dilakukan. Dengan mempelajari psikologi pendidikan diharapkan seorang pendidik mampu memberikan penilaian dan evaluasi secara adil menyesuikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya.     



[1] http://blog.uin-malang.ac.id/muallifah/2012/09/05/manfaat-mempelajari-psikologi-pendidikan-bagi-para-pendidik/

Kamis, 14 Maret 2013

MAKALAH ULUMUL HADIST

http://www.sarjanaku.com/2011/11/hadits-dhaif-pengertian-macam-macam.html


HADIST DHO’IF


Makalah ini diserahkan sebagai tugas pada mata kuliah “ULUMUL HADIST”

Dosen Pembimbing :
Drs. Samlan

Disusun Oleh :
Singgih Aji Purnomo

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH ISLAM ASIA AFRIKA
JAKARTA
2013



BAB I
PENDAHULUAN
Hadits Dhaif
 A.    LATAR BELAKANG

Ilmu hadits merupakan salah satu pilar-pilar tsaqofah islam yang memang sudah selayaknya dimiliki oleh setiap kaum muslim. Dewasa ini, begitu banyak opini umum yang berkembang yang mengatakan bahwa ilmu hadits hanya cukup dipelajari oleh para salafus sholeh yang memang benar-benar memilki kredibilitas dalam ilmu agama sehingga stigma ini membuat sebagian kaum muslim merasa tidak harus untuk mempelajari ilmu hadits.

Hal ini tentu sangat tidak dibenarkan karena dapat membuat masyarakat muslim menjadi kurang tsaqofah islamnya terutama dalam menjalankan sunnah-sunnah rosul. Terlebih dengan keadaan saat ini dimana sangat bayak beredar hadits-hadits dho’if dan hadits palsu yang beredar di tengah-tengah kaum  uslim dan tentunya hal ini akan membuat kaum muslimin menjadi pelaku bid’ah. Jika kaum muslim masih memandang remeh tentang ilmu hadits ini maka tentu ini adalah suatu hal yang sangat berbahaya bagi aqidah kaumm muslimin dalam menjalankah sunnah rosul. Oleh karena itulah, perlunya kita sebagai umat muslim memilki pengetahuan yang luas tentang ilmu hadits.

Seperti yang telah diketahui bahwa hadits dho’if adalah hadits yang lemah atau hadits yang tidak memilki syarat-syarat hadits shohih dan hadits hasan. Sebagian ulama berpendapat bahwa hadits dhiof ini tidak dapat dijadikan sebagai hujjah namun sebagian ulama yang lainnya juga ada yang berpendapat bahwa hadits dhoif ini dapat digunakan sebagai hujjah. Dengan adanya khilafiah atau perbedaan pendapat diantara para ulama,maka sangat perlulah kita sebagai umat muslim mengetahui bagaimana cara kita bersikap dalam menghadapi hadits dhoif tersebut karena hal ini akan langsung berkaitan dengan aqidah dan ibadah-ibadah kita kepada Allah SWT.

B.    RUMUSAN MASALAH
Dari pembahasan materi tentang telaah krisis terhadap hadits dhoif ini, ada beberapa rumusan masalah yang harus diselesaikan diantaranya:
Apa itu hadits dhoif?
Apa saja kriteria hadits dhoif?
Apa saja Macam-macam hadits dhoif?
Bagaimana kehujjahan hadits dhoif?
Apa saja kitab-kitab yang memuat tentang hadits dhoif?


C.    TUJUAN
Tujuan dari pembahasan materi tentang hadits dhoif ini diantaranya adalah sebagai berikut:
Mengetahui pengertian hadits dhoif.
Mengetahui sebab-sebab hadits dhoif menjadi tertolak termasuk juga kriteria mengapa disebut sebagai hadits dhoif.
Dapat membedakan macam-macam hadits dhoif..
Mengetahui kehujjahan hadits dhoif.
Mengetahui kitab-kitab yang di dalamnya memuat hadits dhoif.


BAB II
PEMBAHASAN
Hadits Dhaif
Hadits dhoif secara bahasa berarti lemah artinya bahasa berarti hadits yang lemah atau hadits yang tidak kuat.

Sedangkan secara istilah para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan hadits dhoif ini akan tetapi pada dasarnya,isi, dan maksudnya tidak berbeda. Beberapa definisi,diantaranya adalah sebagai berikut:

Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shohih dan syarat-syarat hadits hasan.
Hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits maqbul(hadits shohih atau yang hasan)
Pada definisi yang ketiga ini disebutkan secara tegas,bahwa Hadits dhoif adalah  hadits yang jika satu syaratnya hilang.
B.    Kriteria hadits dhoif
Adapun kriteria hadits dhoif adalah dimana ada salah satu syarat dari hadits shohih dan hadits hasan yang tidak terdaoat padanya,yaitu sebagai berikut sebagai berikut:
1)      Sanadnya tidak bersambung
2)      Kurang adilnya perawi
3)      Kurang dhobithnya perawi
4)      Ada syadz atau masih menyelisihi dengan hadits yang diriwayatkan oleh orang yang lebih tsiqah dibandingkan dengan dirinya
5)      Ada illat atau ada penyebab samar dan tersenbunyi yang menyebabkan tercemarnya suatu hadits shohih meski secara zohir terlihat bebas dari cacat.
C.     Macam-macam hadits dhoif
Hadits dlaif  sangat banyak macamnya, masing-masing memiliki derajat yang berbeda satu sama lain. Hadits dlaif yang memiliki kekurangan 1 syarat dari syarat-syarat hadits shahih dan hasan lebih baik daripada Hadits dlaif yang memiliki kekurangan 2 syarat dari syarat-syarat hadits shahih dan hasan dan begitu seterusnya.
Berdasarkan sebab-sebab di atas maka macam-macam hadits dhoif ini digolongkan menjadi beberapa kelompok di antaranya:
I.    Dhoif pada segi sanad,yaitu terbagi lagi menjadi:
a)    Dhoif karena tidak bersambung sanadnya,misalnya:
i)    Hadits munqathi’
Hadits munqathi’ adalah hadits yang gugur sanadnya di satu tempat atau lebih atau pada sanadnyan disebutkan nama seseorang yang tidak dikenal namanya.
ii)    Hadits muallaq
Hadits muallaq adalah hadits yangg rawinya digugurkan seorang atau lebih di awal sanadnya secara berturut-turut.
iii)    Hadits mursal
Hadits mursal adalah hadits yang gugur sanadnya setelah tabi’in. Yang dimaksud dengan gugur disisn adalah nama sanad terakhirnya tidak disebutkan.
iv)    Hadits mu’dhal
Hadits mu’dhal adalah hadits yang gugur dua orang sanadnya atau lebih secara berturut-turut.
v)    Hadits mudallas
Hadits mudallas adalah hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadits tersebut tidak bernoda.
Orang yang melakukan tadlis(perbuatannya) disebut mudallis dan haditsnya disebut hadits mudallas.
b)    Dhoif karena tidak ada syarat adil
1)    Hadits maudhu’
Hadits maudhu’ adalah hadits yang dibuat-buat oleh seseorang (pendusta) yang ciptaan ini dinisbatkan kepada Rasulullah secara paksa dan dusta baik sengaja maupun tidak.
2)    Hadits matruk dan hadits munkar
Hadits matruk adalah hadits yang diriwayatkan oleh seseorang yang tertuduh dusta(terhadap hadits-hadits yang diriwayatkannya) atau tampak kefasikannya baik pada perbuatan atau pada perkataanya,atau orang yang banyak lupa atau banyak ragu.
Sedangkan hadits munkar adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang lemah (perawi yang dhoif) yang bertentangan dengan periwayatan orang yang lebih terpercaya.
c)    Dhoif karena tidak ada dhobit
1)    Hadits mudraj
Hadits mudraj adalah hadits yang menampilkan (redaksi) tambahan,padahal bukan (bagian dari) hadits.
2)    Hadits maqlub
Hadits maqlub yaitu hadits yang lafaz matannya tertukar pada salah seorang perawi pada salah seorang perawi atau seseorang pada sanasnya. Kemudian didahulukan dalam penyebutannya,yang seharusnya disebut belakangan atau mengakhirkann penyebutannya,yang seharusnya di dahulukan atau dengan diletakkannya sesuatu pada tempat yang lain.
3)    Hadits mudhtharib
Hadits mudhtharib adalah hadits yang diriwayatkan dengan periwayatannya yang berbeda-beda padahal berasal dari satu perawi(yang meriwayatkan),dua atau lebih atau dari dua perawi atau lebih yang berdekatan(dan tidak bisa ditarjih).
4)    Hadits mushahhaf dan hadits muharraf
Hadits mushahhaf adalah hadits yang perbedaannya(dengan hadits riwayat lain) terjadi karena perubahan titik kata, sedangkan bentuk tulisannya tidak berubah.
Sedangkan hadits muharraf adalah hadits yang perbedaannya terjadi disebabkan karena perubahan syakal kata dengan masih tetapnya bentuk tulisannya.
d)    Dhoif karena kejanggalan dan kecacatan
1)    Hadits syaz
Hadits syaz adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang maqbul,aka tetapi bertentangan (matannya) dengan periwayatannya dari orang yang kualitasnya lebih utama.
2)    Hadits mu’allal
Hadits mu’allal adalah hadits yang diketahui ‘illatnya setelah dilakukan penelitian dan penyelidikan meskipun pada lahirnya telah tamoak selamat(dari cacat) coontoh hadits mu’allal:
‘’si penjual dan si pembeli boleh memilih selama belum berpisahan’’
II.    Dhoif pada segi matan
Para ahli hadits memasukkan ke dalam kelompok hadits dhoif dari sudut penyandarannya ini adalah hadits mauquf dan hadits maqhthu’.
1)    Hadits mauquf
Hadits mauquf adalah hadits yang diriwayatkan dari para sahabat baik berupa perkataan,perbuatan,atau taqrirnya. Periwayatannya baik bersambung atau tidak.
2)    Hadits maqthu’
Hadits maqthu’ adalah hadits yang diriwayatkan dari tabi’in dan disandarkan kepadanya,baik perkataan maupun perbuatannya. Dengan kata lain bahwa hadits maqthu’ adalah perkataan atau perbuatan tabi’in.
D.    Kehujjahan hadits dhoif
Hadits dhoif ada kalanya tidak bisa ditolerir kedhoiffannya misalnya karena kemaudhu’annya, ada juga yang bisa tertutupi kedhoiffannya(karena ada faktor yang lainnya). Untuk yang pertama tersebut, berdasarkan kesepakatan para ulama hadits, tidak diperbolehkan mengamalkannya baik dalam penetapan hukum-hukum,akidah maupun fadhail al ‘amal.
Sementara untuk jenis yang kedua dalam hal kehujjahannya hadits dhoif tersebut ,ada yang berpendapat menolak secara mutlak baik unuk penetapan hukum-hukum,akidah maupun fadhail al ‘amal  dengan alasan karena hadits dhoif ini tidak dapat dipastikan datang dari Rosulullah SAW. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah imam al Bukhari,imam muslim, dan Abu bakr abnu Al ‘Araby.
Sementara bagi kelompok yang membolehkan beramal dengan hadits dhoif ini secara mutlak adalah imam Abu Hanifah, An-Nasa’i dan juga Abu dawud. Mereka berpendapat bahwa megamalkan hadits dhoif ini lebih disukai dibandingkan mendasrkan pendapatnya kepada akal pikiran atau qiyas. Imam ibnu Hambal,Abd Al-Rahman ibn Al-Mahdy dan Abdullah ibn Al mubarak menerima pengalaman hadits dhoif sebatas fadhail al ‘amal saja,tidak termasuk urusan penetapan hukum seperti halal dan haram atau masalah akidah.
Al-Qasiny memaparkan pendapat-pendpat ulama hadits yang lain tentang penerimaan terhadap hadits dhoif ini, yang juga tidak jauh berbeda dengan pemaparan di atas. Misalnya, ia mengutip pendapat ibnu Sholeah bahwa ia sendiri dalam kitabnya yang biasa dikenal ‘’Muqaddimah Ibnu Al-Sholah’’ tidak banyak mengulas tentang hal ini, selain kata ‘’hendaknya tentang fadhail dan semisalnya’’. Sementara Ibnu Hajar mengemukakan tiga syarat yang harus ada pada hadits dhoif yang bisa diterima dan diamalkan,yaitu: 
pertama, tingkat kelemahannya tidak parah: orang yang meriwayatkan bukan termasuk pembohong atau tertuduh berbohong atau kesalahannya abanyak.
Kedua, tercakup dalam dasar hadits yang masih dibenarkan atau tidak bertentangan dengan hadits yang shohih(yang bisa diamalkan), ketiga, ketika mengamalkannya tidak seratus persen meyakini bahwa hadits tersebut benar-benar datang dari Nabi SAW,tetapi maksud mengamalkannya semata-mata untuk ikhtiyath
Sementara As-Suyuti sendiri cendrung membolehkan beramal dengan hadits dhoif termasuk dalam masalah hukum dengan maksud ikhtiyath. Ia mendasarkan pada pendapat Abu Daud, Iama ibn Hambal yang berpendapat bahwa itu lebih baik dibanding menggunakan akal atau rasio atau pendapat seseorang.
E.    Kitab-kitab yang memuat hadits dhoif
Kitab-kitab yang memuat dan membahas hadits dhoif diantaranya adalah sebagai berikut:
Kitab ad-dlu’afa karya ibnu hibban,kitab ini memaparkan hadits yang menjadi dhoif karena perawinya yang dhoif.
Kitab Mizan-al-i’tidal karya adz-Zahabi,karya ini juga memaparkan hadits yang menjadi dhoif karena perawinya yang dhoif
Kitab al-Marasil karya Abu Daud yang khusus memuat hadits-hadits dhoif.
Kitab al-‘ilal karya ad-Daruquthni,juga secara khusus memaparkan hadits yang menjadi dhoif karena perawinya yang dhoif.


BAB III
PENUTUP
Hadits Dhaif

A.    Kesimpulan
Hadits dhoif merupakan hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shohih dan syarat-syarat hadits hasan. Hadits dhoif ini memilki penyebeb mengapa bisa tertolak di antaranya dengan sebab-sebab dari segi sanad dan juga dari segi matan.
Kriteria hadits dhoif adalah karena sanadnya ada yang tidak bersambung,kurang adilnya perawi,kurang dhobiyhnya perawi dan Ada syadz dalam hadits tersebut.
Hadits dhoif terbagi menjadi beberapa kelompok baik itu yang didasarkan pada pembagian berdasarkan sanad hadits atau juga matan hadits.
Dalam menyikapi penerimaan dan pengamalan hadits dhoif ini terhadi khilafiah di kalangan ulama,ada yang membolehkannya dan ada juga yang secara mutlak tidak membolehkan beramal dengan hadits dhoif tersebut.
Kitab yang memuat hadits dhoif adalah  Mizan-al-i’tidal karya adz-Zahabi,Kitab ad-dlu’afa karya ibnu hibban, Kitab al-Marasil karya Abu Daud, Kitab al-‘ilal karya ad-Daruquthni.

Rabu, 20 Februari 2013


SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR (FUEL SYSTEM)

Proses Pembakaran
����������� Pembakaran adalah reaksi antara bahan bakar dengan udara (oksigen / O2) yang terjadi pada suhu yang merupakan titik bakar bahan bakar.� Dengan demikian, syarat terjadinya pembakaran adalah: (1) ada bahan bakar, (2) ada udara (O2), dan (3) suhu yang cukup tinggi untuk memulai pembakaran.

Reaksi Pembakaran
����������� Bahan bakar mengandung unsur kimia karbon (C) dan hidrogen (H).� Ketika bereaksi dengan udara (O2) maka akan terbentuk panas, seperti ditunjukkan dalam persamaan reaksi kimia berikut ini.





Sebagai contoh, ketika suatu motor bensin yang berbahan bakar bensin (gasoline) bereaksi dengan udara maka akan terbentuk panas dalam satuan kalori, sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan reaksi kimia berikut ini.
C8H18+12.5(O2+3.76 N2 8CO2 + 9H2O+47N2+1212 kcal
 
 



Bahan Bakar Motor Bakar Torak
����������� Bahan bakar untuk motor bakar torak terdiri atas dua jenis, yaitu: (1) bahan bakar cair (minyak bensin dan minyak diesel), dan (2) bahan bakar gas (LPG / Liquified Petroleum Gas).� Berat jenis atau densitas dan nilai panas dari bahan bakar disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.� Berat jenis atau densitas dan nilai panas dari bahan bakar
Jenis bahan bakar
Densitas
(g/liter)
Nilai panas
kcal/g
kcal/liter
Minyak bensin
 740
10.61
7850
Minyak diesel
 825
10.42
8600
Ethanol (ethyl-alcohol)
 773
6.60
5100
Proses Pembakaran pada Motor Bakar Torak
����������� Pembakaran di dalam silinder dapat berlangsung apabila ketiga syarat pembakaran terpenuhi, dimana bahan bakar yang digunakan harus dalam bentuk gas, ataukabut gas melalui proses pengkabutan.� Semakin banyak kabut gas yang digunakan dalam pembakaran maka proses pembakarannya akan berlangsung dengan semakin cepat sehingga akan semakin tinggi putaran poros engkol yang dihasilkan.
����������� Pada motor bensin proses pengkabutan dilakukan oleh karburator (carburetor) setelah bercampur dengan udara, sedangkan pada motor diesel proses pengkabutan dilakukan oleh injektor setelah ditekan oleh pompa injeksi.� Dalam Gambar 1 dan Gambar 2 diperlihatkan proses terbentuknya kabut gas yang masuk ke dalam ruang bakar di dalam silinder, baik untuk motor bensin maupun motor diesel.
 





Gambar 1.� Kabut gas dibentuk oleh karburator setelah bercampur dengan udara

 








Gambar 2.� Kabut gas dibentuk oleh injektor setelah ditekan oleh pompa injeksi

Sistem Pengkabutan Bahan Bakar Motor Bensin
����������� Sistem karburasi yaitu suatu sistem yang mengubah bahan bakar cair menjadi kabut gas dan mencampurnya dengan udara dengan perbandingan tertentu yang dibentuk oleh karburator dan merupakan campuran eksplosif yang akan menghasilkan pembakaran sempurna (normal), yaitu [bahan bakar : udara] =  [1 : 15].� Dalam Gambar 3 diperlihatkan prinsip pengkabutan bahan bakar cair.
 

















Gambar 3.� Prinsip pengkabutan bahan bakar cair (minyak bensin)

����������� Kabut gas campuran udara dan bensin masuk ke ruang bakar di dalam silinder untuk melaksanakan proses pembakaran.� Penggabungan sistem penyaluran bahan bakar (fuel system) dan sistem penyalaan listrik / pengapian (ignition system) menghasilkan pembakaran di dalam silinder untuk proses langkah tenaga (power stroke), seperti terlihat dalam Gambar 4.
Gambar 4.� Sistem bahan bakar dan sistem pengapian pada suatu motor bensin
Prinsip Kerja Pengkabutan Bahan Bakar Motor Bensin
����������� Prinsip kerja terbentuknya kabut gas campuran bahan bakar dan udara pada motor bensin diurutkan sebagai berikut:
(1)�� Bahan bakar mengalir dari dalam tangki, baik secara gravitasi maupun dialirkan oleh pompa, menuju ke kamar apung (umumnya berbentuk seperti mangkuk) di dalam karburator
(2)�� Di dalam kamar apung terdapat pelampung dan jarum penutup sehingga volume bahan bakar yang mengisi kamar apung ditentukan oleh besar kecilnya bukaan jarum penutup yang diatur oleh gerakan pelampung ; artinya pada saat kosong, atau berkurang, maka pelampung akan bergerak turun dan akan menggerakkan jarum penutup untuk membuka saluran (pintu) pemasukan bahan bakar
(3)�� Dari dalam kamar apung, saluran bahan bakar diteruskan hingga ke bagian perecik atau pancaran (jet), dimana pada saat di dalam kamar apung terisi penuh bahan bakar maka tinggi permukaan bahan bakar di dalam kamar apung dan di ujung perecik adalah sama
(4)�� Di depan ujung perecik terdapat penyempitan jalannya udara (venturi) dan katup pemadam (throttle), sedangkan di belakang ujung perecik terdapat katup penutup / pencekik aliran udara (choke) yang berada dalam saluran yang sama dengan saluran pemasukan udara menuju ke ruang bakar di dalam silinder
(5)      Proses pengkabutan terjadi ketika torak bergerak dari TMA ke TMB pada saat langkah hisap.� Gerakan menghisap dari torak tersebut akan menghisap udara dari luar.� Tekanan udara di ujung perecik adalah 1 atmosfir.� Gerakan udara, atau kecepatan aliran udara, dipercepat ketika melewati venturi yang mengakibatkan tekanan di ujung perecik berkurang (< 1 atmosfir) karena adanya hisapan (suction) di ujung perecik, sehingga bahan bakar akan keluar dari ujung perecik dan terjadilah pengkabutan
(6)      Banyak sedikitnya kabut gas yang masuk ke dalam ruang bakar di dalam silinder ditentukan oleh besar kecilnya bukaan throttle, yaitu semakin besar bukaan throttle maka akan semakin banyak kabut gas yang dihisap oleh torak, sedangkan besar kecilnya perbandingan udara � bahan bakar ditentukan oleh besar kecilnya bukaan choke.� Umumnya, chokedibuka penuh pada saat motor bensin dioperasikan.
Dalam Gambar 5 dan Gambar 6 diperlihatkan proses pengkabutan bahan bakar dan sistem pengkabutan bahan bakar pada motor bensin.






 















Gambar 5.� Contoh proses pengkabutan bahan bakar pada motor bensin
 
















Gambar 6.� Contoh sistem pengkabutan bahan bakar pada motor bensin

Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Bensin
����������� Komponen sistem penyaluran bahan bakar pada motor bensin terdiri atas: (1) tangki bahan bakar, (2) keran bahan bakar, (3) saringan bahan bakar, (4) karburator, dan (5) governor.� Contoh komponen sistem bahan bakar dan detail komponen suatu karburator dan saringan bahan bakar pada motor bensin dapat dilihat dalam Gambar 7 hingga Gambar 10.
Gambar 7.� Contoh komponen sistem bahan bakar pada motor bensin
Gambar 8.� Contoh detail komponen suatu karburator pada motor bensin
Gambar 9.� Contoh detail komponen suatu karburator pada motor bensin

Gambar 10.� Contoh detail komponen saringan bahan bakar pada motor bensin

����������� Bagian pengatur (governor) adalah komponen sistem penyaluran bahan bakar motor bakar torak yang berfungsi untuk mengatur suplei kabut gas ke ruang bakar di dalam silinder tetap terjaga konstan pada berbagai variasi beban, sehingga besar kecepatan putar poros engkol tetap (stabil).� Contoh mekanisme dan cara kerja governor dapat dilihat dalam Gambar 11.

Gambar 11.� Contoh mekanisme dan cara kerja governor pada motor bensin





SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Perawatan Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Bensin

Contoh petunjuk perawatan sederhana pada sistem penyaluran bahan bakar motor bensin:
(1)   Periksa keberadaan bensin di dalam tangki bahan bakar
(2)   Periksa apakah bensinnya mencapai karburator
(3)   Periksa kebersihan saringan bahan bakar dan kebocoran kran bahan bakar
(4)   Periksa apakah bensin yang masuk ke dalam silinder terlalu banyak
(5)   Periksa penyebab banjir bensin (jarum penutup dan pelampungnya)
(6)   Tindakan perawatan sederhana bisa berupa pembersihan, penyetelan ringan, dan penggantian bagian atau komponen yang sudah tidak berfungsi dengan baik
 
Gbr. 2.24
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 77
 
Gambar 10.�
Contoh petunjuk pemeriksaan sistem penyaluran bahan bakar motor bensin
 
 



SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Perawatan Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Bensin










Gbr. 2.25
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 78
 
 














Gambar 11.� Contoh cara kerja katup jarum (jarum penutup) dan kebanjiran (overflow) dari sebuah karburator
 

 
SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Perawatan Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Bensin










Gbr. 2.64 � 2.65 � 2.66 � 2.67
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 110
 
 














Gambar 12.� Contoh cara perawatan elemen pembersih (saringan) udara pada sebuah motor bensin
 

 
SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Perawatan Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Bensin










Gbr. 2.73
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 114
 
 














Gambar 13.� Contoh cara penyetelan bagian pengatur (governor) pada sebuah motor bensin
 

SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Sistem Pengkabutan pada Motor Diesel
Sistem injeksi yaitu suatu sistem yang mengubah bahan bakar cair bertekanan menjadi kabut gas yang dibentuk oleh pompa injeksi (injection pump) dan injektor (nozzle).
 
 




 






















SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 



Prinsip Kerja Pengkabutan Bahan Bakar pada Motor Diesel


(1)      Bahan bakar mengalir dari dalam tangki, baik secara gravitasi maupun dialirkan oleh pompa, menuju ke ruang pemasukan bahan bakar di dalam pompa injeksi, baik pompa injeksi tipe Bosch maupun tipe Deckel
(2)      Bahan bakar ditekan oleh plunyer (plunger) pompa injeksi melalui pipa tekanan tinggi menuju ke injektor
(3)      Injektor mengubah bahan bakar bertekanan tinggi menjadi kabut gas
(4)      Banyak sedikitnya kabut gas yang masuk ke ruang bakar di dalam silinder ditentukan oleh banyak sedikitnya bahan bakar yang dikembalikan ke ruang pemasukan bahan bakar di dalam pompa injeksi, baik dengan cara memutar plunyernya (tipe Bosch) maupun dengan cara mengatur bukaan jarum pengatur (tipe Deckel)
(5)      Besar kecilnya tekanan bahan bakar ditentukan oleh katup dan pegas penyerahan (delivery spring and valve) pompa injeksi
(6)      Kelebihan besar tekanan bahan bakar dikembalikan dari injektor menuju ke dalam tangki bahan bakar
 
Fungsi Pompa Injeksi:
(1)       Menekan bahan bakar menjadi bahan bakar bertekanan
(2)       Mengatur banyak sedikitnya bahan bakar yang masuk ke ruang bakar di dalam silinder
(3)       Sebagai penentu saat masuknya bahan bakar ke dalam silinder sehingga menentukan saat pembakaran
 
 










 
SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel



Gbr. 3.61
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 147
 
Gambar 15.� Contoh sistem penyaluran bahan bakar motor diesel
 

SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 



Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel


Gbr. 3.58
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 146
 
Katup penyerahan
 
Plunyer
 
Jarum pengatur
 
Badan pengatur
 
 





Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel


Gbr. 3.67
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 149
 

 




Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel

Gbr. 3.69
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 149
 




Gbr. 3.68
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 149
 
 





Gambar 19.� Contoh skematik cara kerja (operasi) pompa injeksi tipe Deckel
 
 

SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 



Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel

Gbr. 3.62
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 147
 

Gambar 20.� Contoh konstruksi pompa injeksi tipe Bosch
 
 

SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 



Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel




Gambar 21.� Contoh skematik cara kerja (operasi) pompa injeksi tipe Bosch
 
 

SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 



Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel









Gbr. 3.64
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 148
 
Gbr. 3.65
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 148
 
 












Gambar 23.�
Contoh skematik pengaturan bahan bakar yang kembali ke saluran pemasukan di dalam
pompa injeksi tipe Bosch
 
Gambar 22.�
Contoh skematik operasi pompa injeksi tipe Bosch
 
 




SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel









Gbr. 3.63
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 148
 
Gbr. 3.66
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 148
 
 













Gambar 24.�
Contoh alat kontrol bahan bakar tipe batang bergerigi pada pompa injeksi tipe Bosch
 
Gambar 25.�
Contoh alat kontrol bahan bakar tipe tuas - pena pada pompa injeksi tipe Bosch
 
 



SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel


Gambar 26.� Contoh konstruksi injektor untuk motor diesel yang dilengkapi dengan jarum �perasa�
 
 

SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel









Gbr. 3.71
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 150
 
 















Gambar 27.� Contoh konstruksi injektor untuk motor diesel
 
 

SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel









Gbr. 3.72
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 150
 
 















Gambar 28.� Contoh konstruksi beberapa tipe mulut pengabut (nosel) untuk motor diesel
 
 

SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel









Gbr. 3.81
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 156
 
 










Gambar 29.� Contoh mekanisme bagian pengatur (governor) pada motor diesel dengan pompa injeksi tipe Deckel
 
 






SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Komponen Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel









Gbr. 3.79
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 155
 
 














Gambar 30.� Contoh mekanisme bagian pengatur (governor) pada motor diesel dengan pompa injeksi tipe Bosch
 
 


SISTEM PENYALURAN BAHAN BAKAR MOTOR BAKAR TORAK
 
 


Perawatan Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel

Gbr. 3.59
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 146
 
Gbr. 3.77
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 153
 
 




























Perawatan Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor Diesel









Gbr. 3.82
Soenarta � Motor Serbaguna � Hlm. 156
 
 














Gambar 33.� Contoh cara penyetelan bagian pengatur (governor) pada motor diesel dengan pompa injeksi tipe Deckel