Sebelum sampai pada pembahasan mengenai “buah”
yang dapat dipetik dari psikologi pendidikan, terlebih dahulu perlu penyusun
utarakan manfaat psikologi ini bagi guru dan calon guru. Menurut Lindgren
sebagaimana yang dikutip Surya (1982), manfaat psikologi pendidikan ialah untuk
membantu para guru dan para calon guru dalam mengembangkan pemaham yang lebih
baik mengenai kependidikan dan prosesnya.
Sementara itu, Chaplin (1972) menitikberatkan
manfaat psikologi pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat
dalam dunia pen didikan dengan cara menggunakan metode-metode yang telah
disusun secara rapi dan sistematis. Hal ini tercermin dalam ungkapannya :… the
application of formalized methods for solving these problems. Tak
perlu dibedakan apakah masalah-masalah psikologis yang timbul itu dari pihak
guru, siswa, atau situasi belajar-mengajar yang dihadapi guru dan siswa yang
bersangkutan.
Dari dua macam pendapat di atas dapat kita
simpulan bahwa, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat
bantu yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Mengapa demikian? Karena prinsip yang terkandung
dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak
dalam mengelola proses belajar-mengajar. Sedang proses tersebut, sebagaimana
yang telah penyusun singgung sebelumnya, adalah unsur utama dalam pelaksanaan
setiap sistem pendidikan.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan
pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologis,
yakni: 1) seleksi penerimaan siswa baru; 2) perencanaan pendidikan; 3)
penyusunan kurikulum; 4) penelitian kependidikan; 5) administrasi kependidikan;
6) pemilihan materi pelajaran; 7) interaksi belajar-mengajar; 8) pelayanan
bimbingan dan penyuluhan; 9) metodologi mengajar; 10) pengukuran dan evaluasi.
Dalam menerapkan prinsip-prinsip sikologis tersebut, diperlukan adanya figurfigur
guru yang kompeten.
Selanjutnya guru yang kompeten dalam perspektif
psikologi pendidikan adalah guru yang mampu melaksanakan profesinya secara
bertanggung jawab. Adapun guru yang bertanggung jawab adalah guru yang mampu
mengelola proses belajar-mengajar sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip-prinsip
psikologis. Dalam buku ini, penyusun sajikan pelbagai informasi teoretis dan
praktis yang dapat dipandang sebagai buah-buah yangbisa
dipilih dan dipetik sesuai dengan pertimbangan kebutuhan sebagaimana terungkap di
muka.
Manfaat
Psikologi Pendidikan Bagi Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Adapun mengenai buah yang perlu anda petik dari
psikologi pendidikan itu, akan penyusun paparkan lebih lanjut. Namun, tentu
anda dapat memperbanyak buah-buah yang perlu anda petik dari psikologi
pendidikan sepanjang anda membutuhkannya. Adapun mengenai buah yang perlu anda
petik dari psikologi pendidikan itu, akan penyusun paparkan lebih lanjut.
Namun, tentu anda dapat memperbanyak buah-buah yang perlu anda petik dari
psikologi pendidikan sepanjang anda membutuhkannya.
Pertama, Proses Perkembangan Siswa
Di kalangan para guru dan orang tua siswa
terkadang timbul pertanyaan apakah perbedaan usia antara seorang siswa dengan
siswa lainnya membuat perbedaan substansial (bersifat inti) dalam hal merespons
pengajaran. Pertanyaan ini perlu dicari jawabannya melalui pemahaman
tahapan-tahapan perkembangan siswa dan ciri-ciri khas yang mengiringi tahapan
perkembangan tersebut.
Tahapan-tahapan perkembangan yang lebih perlu
dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar
mengajar adalah tahapan-tahapan yang berhubungan dengan perkembangan ranah
cipta para siswa. Ranah cipta (akal) dengan segala variasi dan keunikannya
merupakan modal dasar para siswa dalam menjalani proses belajar-mengajar dan
pembelajaran materi tertentu, serta dalam mengikuti proses belajar-mengajar
yang dikelola guru kelas.
Kedua, Cara Belajar Siswa
Di mana pun proses pendidikan berlangsung,
alasan utama kehadiran guru adalah untuk membantu siswa agar belajar
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, adalah hal esensial (pokok, dasar) bagi guru
untuk memahami sepenuhnya cara dan tahapan belajar yang terjadi
pada diri para siswanya.
Pengetahuan anda yang pokok mengenai proses
belajar tersebut meliputi:
1.
signifikansi (arti penting) belajar;
2.
teori-teori belajar;
3.
hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan;
dan
4.
fase-fase yang dilalui dalam peristiwa belajar.
Di samping ini semua, yang penting pula anda
pahami ialah pendekatan belajar, kesulitan belajar, dan alternatif-alternatif
(pilihan-pilihan) yang dapat diambil untuk menolong siswa anda dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan belajarnya.
Ketiga, Cara menghubungkan Mengajar dengan
Belajar
Tugas utama guru sebagai pendidik sebagaimana
ditetapkan oleh Unda Undang Sistem Pendidikan Nasional kita adalah mengajar. Secara
singkat , mengajar adalah kegiatan menyampaikan materi pelajaran, melatih
keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam materi
pelajaran tersebut kepada siswa. Agar kegiatan mengajar diterima oleh para
siswa, guru perlu berusaha membangkitkan gairah dan minat belajar mereka.
Kebangkitan gairah dan minat belajar para siswa akan mempermudah guru dalam
menghubungkan kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar.
Oleh karena itu, sebagai calon guru atau guru
yang sedang bertugas anda sangat diharapkan mengerti benar seluk-beluk mengajar
baik dalam arti individual (sepertiremedial teaching/mengajar
perbaikan bagi siswa bermasalah) maupun dalam arti klasikal. Dalam hal ini,
anda tentu dituntut pula untuk memahami model-model mengajar, metode-metode
mengajar dan strategi-strategi mengajar. Kemudian, metode-metode dan strategi
yang anda terapkan secara cermat dalam proses belajar-mengajar yang and kelola.
Untuk memenuhi kebutuhan anda akan hal-hal tersebut, sengaja penyusun sajikan
pembahasan-pembahasan essencial mengenai mengajar guru, dan hubungan guru
dengan proses mengajar seperti dapat anda lihat pada Bab 7 dan Bab 8 yang
merupakan bab-bab terakhir dalam buku ini.
Keempat, Pengambilan Keputusan untuk
Pengelolaan PBM
Dalam mengelola sebuah proses belajar-mengajar
(PBM), seorang guru dituntut untuk menjadi figur sentral (tokoh inti) yang kuat
dan berwibawa namun tetap bersahabat. Sebelum mengelola sebuah proses belajar
mengajar, anda perlu merencanakan terlebih dahulu satuan bahan atau materi dan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai (lihat halaman 243). Sesuai perencanaan
materi dan tujuan penyajiannya, anda perlu menetapkan kiat yang tepat untuk
menyampaikan materi tersebut kepada para siswa dalam situasi belajar-mengajar
yang efisien.
Untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan
kegiatan di atas anda dituntut untuk menempatkan diri sebagai pengambil atau
pembuat keputusan (decision maker) yang penuh perhitungan
untung-rugi ditinjau dari sudut kajian psikologis. Jika tidak, pengelolaan
tahap-tahap interaksi belajar-mengajar akan tersendat-sendat dan boleh jadi
akan gagal mencapai tujuannya.
Agar sebuah pengelolaan proses belajar-mengajar
mencapai sukses, seorang guru hendaknya memandang dirinya sendiri sebagai
seorang profesional yang efektif. Lalu, pandangan positif ini diejawantahkan
dalam vang sesuai dengan kebutuhan para siswa dan penegasan tujuan-tujuan
penyajian materi tersebut secara eksplisit, yakni tersurat dan gamblang.
Keputusan lain yang harus diambil selanjutnya adalah penetapan model, metode,
dan strategi mengajar yang menurut tinjauan psikologis sesuai dengan jenis dan
sifat materi, tugas yang akan diberikan kepada para siswa dan situasi
belajar-mengajar yang diharapkan.
Namun dalam hal pengambilan keputusan-keputusan
di atas perlu penyusun utarakan hambatan-hambatan yang umum dialami para guru.
Faktor-faktor penghambat-atau paling tidak pembatas gerak-pembuatan
keputusan-keputusan instruksional yang sering merintangi para guru pada umumnya
meliputi:
1.
kurangnya kesadaran guru terhadap
masalah-masalah belajar yang mungkin sedang dihadapi para siswa;
2.
kesetiaan terhadap gagasan lama yang sebenarnya
sudah tak dapat diberlakukan lagi;
3.
kurangnya sumber-sumber informasi yang
diperlukan; dan
4.
ketidakcermatan observasi terhadap situasi
belajar-mengajar.
Selain hal-hal di atas, hambatan mungkin pula
muncul dari perbedaan harapan guru dan siswa. Beberapa orang siswa dalam sebuah
kelas misalnya, mungkin memiliki cita-cita memenuhi kebutuhan masa depannya
yang sama sekali berbeda dengan rekan-rekannya atau bahkan menyimpang dari
karakteristik sekolah yang mereka ikuti. Perbedaan seperti ini akan
mengakibatkan munculnya perbedaan gaya belajar, sikap, dan perilaku mereka
selama membaur dalam proses belajar-mengajar. Selanjutnya, tekanan dari luar
dapat pula mempengaruhi kemulusan pengambilan keputusan oleh guru. Tekanan luar
ini bisa datang dari orangtua siswa, aturan administratif sekolah, fasilitas
yang tersedia, dan sebagainya.
Sumber
:
Psikologi pendidikan merupakan salah satu
cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam
pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran,
dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi. Hal senada juga
diungkapkan oleh Muhibbin Syah (2002) bahwa psikologi pendidikan adalah sebuah
disiplin ilmu psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam
dunia pendidikan. Dari beberapa definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa
psikologi pendidikan adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang
perilaku manusia di dunia pendidikan yang meliputi studi sistematis
tentang proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan yang
bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Prilaku
yang dimaksud di sini bisa terkait dengan prilaku pendidik ataupun prilaku
peserta didiknya.
Dari definisi di atas kita bisa mengetahui
bahwa dalam dunia pendidikan untuk mencapai pendidikan yang maksimal dan
efektif bukan hanya terkait pembahasan kurikulum belaka, namun juga
permasalahan psikologis peserta didik dan model pengajaran pendidiknya juga
harus tetap diperhatikan. Oleh karena itu, psikologi pendidikan menjadi penting
untuk dipelajari oleh setiap pendidik ataupun calon pendidik. Berikut terdapat
beberapa manfaat dalam mempelajari psikologi pendidikan:
1. Memahami Perbedaan Siswa (Diversity of
Student)
Setiap individu dilahirkan dengan membawa
potensi yang berbeda-beda, tidak ada yang sama antara siwa satu dengan siswa
yang lainnya. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami keberagaman antara
siswa satu dengan siswa yang lainnya, mulai dari perbedaan tingkat
pertumbuhannya, tugas perkembangannya sampai pada masing-masing potensi yang
dimiliki oleh anak. Dengan pemahaman guru yang baik terhadap siswanya, maka
bisa menciptakan hasil pembelajaran yang efektif dan efisien serta mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
2. Untuk Memilih Strategi dan Metode
Pembelajaran
Sebagai sorang pendidik dalam memilih strategi
dan metode pembelajaran harus menyesuaikan dengan tugas perkembangan dan
karakteristik masing-masing peserta didiknya. Hal ini bisa didapatkan oleh
seorang guru melalui mempelajari psikologi terutama tugas-tugas perkembangan
manusia. Jika metode dan model pendidikan sudah bisa menyesuaiakan dengan
kondisi peserta didik, maka proses pembelajaran bisa berjalan dengan maksimal.
3. Untuk menciptakan Iklim Belajar yang
Kondusif di dalam Kelas
Kemampuan guru dalam menciptakan iklim dan
kondisi pembelajaran yang kondusif mampu membantu proses pembelajaran berjalan
secara efektif. Seorang pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat
dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda menyesuaikan
karakteristik siswa dalam mengajar untuk menghasilkan proses belajar mengajar
yang lebih baik. Disinilah peran psikologi pendidikan yang mampu mengajarkan
bagaimana seorang pendidik mampu memahami kondisi psikologis dan menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif, sehingga proses pembelajaran di dalam
kelas bisa berjalan secara efektif.
4. Memberikan Bimbingan dan Pengarahan kepada
Siswa
Selain berperan sebagai pengajar di dalam
kelas, seorang guru juga diharapkan bisa menjadi seorang pembimbing yang mempu
memberikan bimbingan kepada peserta didiknya, terutama ketika peserta didik
mendapatkan permasalahan akademik. Dengan berperan sebagai seorang pembimbing
seorang pendidik juga lebih bisa melakukan pendekatan secara emosional terhadap
peserta didiknya. Jika sudah tercipta hubungan emosional yang positif antara pendidik
dan peserta didiknya, maka proses pembelajaran juga akan tercipta secara
menyenangkan.
5. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Tugas utama guru/pendidik adalah mengajar di
dalam kelas dan melakukan evaluasi dari hasil pengajaran yang sudah dilakukan.
Dengan mempelajari psikologi pendidikan diharapkan seorang pendidik mampu
memberikan penilaian dan evaluasi secara adil menyesuikan dengan kemampuan yang
dimiliki oleh masing-masing peserta didik tanpa membedakan antara satu dengan
yang lainnya.